Langsung ke konten utama

Postingan

Biografi Singkat Penulis

Jumadil Awal       Jumadil Awal adalah seorang fotografer, petualang, penulis, dan content kreator, di Kota Makassar, Indonesia. Ia lahir di Ujungpandang pada 5 November 1993 dan memiliki 4 saudara. Lulusan sekolah kejuruan pertelevisian ini pernah bekerja sebagai fotojurnalis di kantor Berita Kota Makassar pada tahun 2015, hingga akhirnya dia berhenti untuk bekerja secara lepas dibeberapa media nasional seperti NETTv , Kumparan , Detik Travel . Selain mempublikasikan karya-karya fotonya di media nasional, dia juga terdaftar sebagai Contributor Exclusive di IstockPhoto dan GettyImages .      Ia pernah menjadi salah satu fotografer yang ditugaskan oleh Media Turki untuk meliput Kegiatan Menteri Anak Turki yang berkunjung di Kota Makassar pada saat hari anak berlangsung di Benteng Rotterdam dan Lapangan Karebosi (Selasa, 23 Juli 2019). Ia sering menghabiskan waktunya untuk mengunjungi daerah-daerah terpencil yang ada di Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Tengah. Jumadil Awal saa
Postingan terbaru

Fenomena Langit Yang Terjadi 18 Tahun Sekali

    Inilah fenomena langit yang langkah dan terjadi di awal bulan agustus, yaitu tanggal 7/8 agustus 2017. Fenomena langka yang saya abadikan di terjadi pada pukul 02:18 Wita dini hari di Kota Makassar. Foneman langit yang langkah ini di sebut dengan Gerhana Bulan Sebagian atau di sebut Gerhana Bulan Parsial . Gerhana Bulan Parsial ini terjadi ketika sebagian dari bayangan bumi menutupi 1/4 wilayah selatan pada permukaan Bulan. Gerhana bulan sebagian 7-8 Agustus 2017 ini merupakan anggota ke-61 dari 80 anggota pada seri Saros 119. Gerhana bulan sebelumnya yang berasosiasi dengan gerhana ini adalah gerhana bulan sebagian 28 Juli 1999. Adapun gerhana bulan yang akan datang, yang berasosiasi dengan gerhana bulan ini, adalah gerhana bulan sebagian pada 19 Agustus 2035. Ini adalah penampakan Gerhana Bulan Parsial dari dekat. Photo/Jumadil Awal Berikut cuplikan Videonya:

Inilah Goa Kalibong Allo, Goa Dengan Gugusan Ornamen Stalagmit Dan Stalagtit Yang Indah

    Goa Kalibong Allo adalah goa yang berada di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terletak di Kelurahan Biraeng, Kecamatan Minsate'ne, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia. Dalam bahasa setempat, Kalibong berarti lubang dan Alo adalah penamaan untuk burung Julang Sulawesi. Goa Kalibong Allo sendiri memiliki panjang hampir 2 kilomoter dengan lebar antara 300-400 meter. Jalur untuk menuju goa ini sendiri terbilang cukup ekstrim karena memiliki 3 tanjakan terjal dengan karang-karang tajam yang mengharuskan wisatawan untuk menggunakan alat yang cukup savety ketika mengunjungi lokasi ini.     Alat-alat yang harus digunakan cukup dengan membawa: Helm Pengaman Tali Webbing Sepatu karet (Bukan Sepatu Tracking) Headlamp (Lampu penerang/Senter)     Lokasi untuk menuju ke Goa Kalibong Alloa lumayan memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit dari kota Makassar menuju Kabupaten Pangkep menggunakan kendaraan roda dua. Setelah tiba di lokasi, ada 3 tanja

Mengenal Suku Korowai dan Rumah Pohonnya

Inilah Rumah di atas pohon milik suku Korowai.    Suku korowai sebagai salah satu dari suku terasing yang hidup di Selatan Papua adalah sebuah fakta yang tidak bisa dipisahkan dari masalah isolasi lingkungan alam, yang kemudian berdampak terhadap isolasi sosial budayanya. Terdapat 14 daerah terisolir di tanah papua berdasarkan hasil penilitian Mission Aviation Fellowship (MAF), Yajasi, Summer Institute of Linguistic (SIL), AMA, TARIKU, bekerja sama dengan gereja-gereja di Papua tahun 1996. Daerah terisolir versi gereja tersebut adalah daerah yang bukan hanya terisolasi, tetapi juga terpencil da terabaikan. Departemen Sosial menyebutnya dengan istilah Komunitas Adat Terpenci (KAT). Menurut Goerge Rumi, kordinator jaringan 14 daerah terisolir versi gereja-gereja, "KAT terlupakan dalam pelayanan pemerintah karena medannya begitu sulit. Jadi seperti "KAT di dalam KAT" . 14 daerah-daerah terisolir versi gereja-gereja adalah sebagai berikut : Daerah terisolir perta

Inilah Hewan Endemik SulSel Yang Harus Dilindungi!

Dare (Macaca Maura) Hewan Endemik Sulawesi Selatan. Photo/Beranda Rimba    Kera Hitam Sulawesi  ( Latin :  Macaca maura ) adalah sejenis kera berekor sangat pendek sperti  darre .   Digo ini merupakan sekelompok kera yang mirip dengan monyet, namun ukuran lebih besar dan ekornya pendek atau sama sekali tidak punya ekor, akan tetapi kera jenis ini memiliki  otak  yang lebih kompleks, dan lebih pintar daripada  monyet .   Kera  jenis ini memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan kera yang biasanya, kera jenis ini memiliki warna rambut pada  punggung  dan anggota badannya hitam, mengkilap, sedangkan pada perut dan dada berwarna cokelat tua sampai hitam.   Bantalan pantat hampir berbentuk jorong, berwarna merah jambu.  Jantan maupun betina tidak mempunyai perbedaan warna.   Hanya dapat dijumpai di hutan-hutan  Sulawesi Tengah .   Kera ini memiliki massa  otak  besar, inteligensianya setingkat di bawah  manusia ,  indera pendengar  dan penglihatannya berkembang baik (binatang ini sudah

Sia-sia Ke Toraja Jika Tidak Menyaksikan Acara Ini!

Indonesia dan Spanyol punya tradisi yang mirip-mirip lho. Jika di Negeri Matador dikenal dengan tradisi adu banteng maka di Indonesia khususnya di Tana Toraja punya adu kerbau. Seperti apa sih tradisi adu kerbau ini, langsung saja yuk terbang ke Tana Toraja untuk mengintip kegiatannya. Tedong Silaga bukan adu kerbau biasa lho, sebab kerbau-kerbau yang terlibat di dalamnya juga bukan kerbau biasa melainkan kerbau dengan harga fantastis harganya mulai dari puluhan, ratusan hingga miliaran rupiah. Ritual ini biasanya dilangsungkan sebelum pelaksanaan upacara adat Rambu Solo. Sebelum adu kerbau dimulai, kerbau-kerbau yang jadi pesertanya akan dijampi-jampi dan diarak keliling lapangan pertarungan. Lapangan yang digunakan sebagai medan tempur umumnya dalam kondisi basah dan berlumpur. Kerbau yang lari meninggalkan lawannya dianggap kalah. Sebelum aturan ini berlaku, kerbau yang kalah adalah kerbau yang mati, jadi pertarungannya dilakukan hingga jatuh korban jiwa. Menarikn

Inilah Ma'badong, Tradisi Unik Suku Toraja

  Ma'badong  satu tarian upacara asal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian Ma'badong ini diadakan pada upacara kematian yang dilakukan secara berkelompok. Para penari (pa'badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan dan umumnya mereka berpakaian hitam-hitam. Ma'badong bukan hanya sekadar tarian, melainkan sebuah kegiatan melagukan  badong  dengan gerak khas. [ Syair yang dilagukan disebut  kadong-badong  (the chant for the deceased). Isi dari syair tersebut tidak lain adalah pengagungan terhadap  si  mati.   Di dalamnya diceritakan asal-usul dari langit, masa kanak-kanaknya, amal dan kebaikannya, serta semua hal menyangkut dirinya yang dianggap terpuji.  Selain itu, di dalamnya juga mengandung harapan bahwa orang mati tersebut dengan segala kebaikannya akan memberkati orang-orang yang masih hidup. Penari melingkar dan saling mengaitkan jari-jari kelingking. Penari terdiri dari pria dan wanita setengah baya atau tua. Pa'badong melantunka