Langsung ke konten utama

Biografi Singkat Penulis

Jumadil Awal

     Jumadil Awal adalah seorang fotografer, petualang, penulis, dan content kreator, di Kota Makassar, Indonesia. Ia lahir di Ujungpandang pada 5 November 1993 dan memiliki 4 saudara. Lulusan sekolah kejuruan pertelevisian ini pernah bekerja sebagai fotojurnalis di kantor Berita Kota Makassar pada tahun 2015, hingga akhirnya dia berhenti untuk bekerja secara lepas dibeberapa media nasional seperti NETTv, Kumparan, Detik Travel. Selain mempublikasikan karya-karya fotonya di media nasional, dia juga terdaftar sebagai Contributor Exclusive di IstockPhoto dan GettyImages.
     Ia pernah menjadi salah satu fotografer yang ditugaskan oleh Media Turki untuk meliput Kegiatan Menteri Anak Turki yang berkunjung di Kota Makassar pada saat hari anak berlangsung di Benteng Rotterdam dan Lapangan Karebosi (Selasa, 23 Juli 2019). Ia sering menghabiskan waktunya untuk mengunjungi daerah-daerah terpencil yang ada di Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Tengah.

Jumadil Awal saat memotret aktifitas manjat tebing di wilayah Taman Nasional Bantimurung Bulusraung, Maros, Indonesia.

     Awal, sapaan akrabnya pertama kali berkarir di dunia jurnalistik pada tahun 2013 dan bekerja di media cetak asal palopo. Hingga saat ini ia masih bekerja sebagai fotografer lepas di Kota Makassar. Selain fotografi, Awal juga sering melakukan aktifitas-aktifitas olahraga ekstrim seperti Manjat Tebing, Rafting, Hiking, Caving, hingga Snorkeling. Ia juga pernah menjuarai lomba foto yang di adakan perusahaan outdoor yaitu Arei Outdoor, selain berfokus pada dunia fotografi, ia sebenarnya lebih berfokus pada isu-isu lingkungan. Pada tahun 2013 hingga saat ini ia terdaftar sebagai aktivis online Greenpeace Indonesia dan pernah menjadi salah satu peserta aksi bersih pantai yang di adakan OceanDefender dan Greenpeace Indonesia di Kota Makassar. Ia juga aktif menyuarakan perlindungan hewan-hewan endemik yang ada Sulawesi Selatan.

Jumadil Awal di Gua Kalibbong Alloa, Pangkep, Indonesia.

Jika anda penasaran ingin melihat karya-karya fotonya, anda bisa mengunjungi Instagramnya disini. Jika anda berkunjung ke Kota Makassar, ia juga bisa menjadi Guide anda jika ingin berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di sekitar kota Makassar. Jika anda sebuah perusahaan media, anda bisa membeli karya-karyanya di IstockPhoto dan GettyImages.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suku Kajang Dan Tope Le’leng Kain Tenun Khas Suku Kajang

  oleh : Jumadil Awal        Tanah Toa adalah desa di kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa ini dihuni oleh suku Kajang. Secara administratif Desa Tana Toa adalah satu dari sembilan belas desa yang ada dalam lokasi kecamatan Kajang, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa Tana Toa adalah desa tempat komunitas masyarakat adat Kajang yang masih erat dalam menjaga dan melindungi peradaban mereka sampai yang sampai hari ini masih di pertahankan. Bahasa sehari-hari         Penduduk adat Kajang menggunakan Bahasa Makassar yang dialek bahasanya berupa bahasa Konjo sebagai bahasa sehari-harinya. Masyarakat Ammatoa memraktekkan sebuah agama adat yang disebut dengan Patuntung. Arti bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia bermakna “mencari sumber kebenaran. Prinsip hidup Suku Kajang        Tallase kamase-mase bermakna hidup memelas, hidup apa adanya, Hidup sederhana untuk orang-orang Kajang merupakan sejenis ideologi yang berperan sebag

Kompang, Desa Kecil Yang Kompak Di Kabupaten Sinjai

Kantor Kepala Desa Kompang Kecamatan Sinjai Tengah Kabupaten Sinjai Desa Kompang dan Ceritanya Sebuah desa di Kaki Gunung di Jazirah Sulawesi Selatan. Desa yang pernah menjadi buah bibir nasional. Juli 2006 silam dilanda bencana tanah longsor bersama sekian banyak wilayah lain di Kabupaten Sinjai Sulawesi selatan yang tertimpa bencana tanah longsor dan banjir bandang yang terjadi secara bersamaan. Secara administratif Desa Kompang masuk dalam wilayah Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Luas wilayah Desa kompang 14,23 km². Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontosalassa, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pattongko, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Saotanre, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gantarang. Desa ini yang berjarak kurang lebih 30 km dari ibu kota kabupaten (Sinjai Utara). Sedangkan dari Kota Provinsi Sulawesi Selatan dapat diakses melalui 3 jalur. Pertama, melalui jalur utara Kota Makassar, melewati Kawasan Perbukitan Karst

Inilah Ma'badong, Tradisi Unik Suku Toraja

  Ma'badong  satu tarian upacara asal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian Ma'badong ini diadakan pada upacara kematian yang dilakukan secara berkelompok. Para penari (pa'badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan dan umumnya mereka berpakaian hitam-hitam. Ma'badong bukan hanya sekadar tarian, melainkan sebuah kegiatan melagukan  badong  dengan gerak khas. [ Syair yang dilagukan disebut  kadong-badong  (the chant for the deceased). Isi dari syair tersebut tidak lain adalah pengagungan terhadap  si  mati.   Di dalamnya diceritakan asal-usul dari langit, masa kanak-kanaknya, amal dan kebaikannya, serta semua hal menyangkut dirinya yang dianggap terpuji.  Selain itu, di dalamnya juga mengandung harapan bahwa orang mati tersebut dengan segala kebaikannya akan memberkati orang-orang yang masih hidup. Penari melingkar dan saling mengaitkan jari-jari kelingking. Penari terdiri dari pria dan wanita setengah baya atau tua. Pa'badong melantunka