Langsung ke konten utama

Mengenal Suku Korowai dan Rumah Pohonnya


Inilah Rumah di atas pohon milik suku Korowai.

   Suku korowai sebagai salah satu dari suku terasing yang hidup di Selatan Papua adalah sebuah fakta yang tidak bisa dipisahkan dari masalah isolasi lingkungan alam, yang kemudian berdampak terhadap isolasi sosial budayanya. Terdapat 14 daerah terisolir di tanah papua berdasarkan hasil penilitian Mission Aviation Fellowship (MAF), Yajasi, Summer Institute of Linguistic (SIL), AMA, TARIKU, bekerja sama dengan gereja-gereja di Papua tahun 1996. Daerah terisolir versi gereja tersebut adalah daerah yang bukan hanya terisolasi, tetapi juga terpencil da terabaikan. Departemen Sosial menyebutnya dengan istilah Komunitas Adat Terpenci (KAT).

Menurut Goerge Rumi, kordinator jaringan 14 daerah terisolir versi gereja-gereja, "KAT terlupakan dalam pelayanan pemerintah karena medannya begitu sulit. Jadi seperti "KAT di dalam KAT" . 14 daerah-daerah terisolir versi gereja-gereja adalah sebagai berikut :

  1. Daerah terisolir pertama, yakni daerah di antara Teluk Waropen dan Sungai Mamberamo, meliputi wilayah dari Biri ke Foida sampai Waren.
  2. Daerah terisolir kedua, yakni daerah utara Bugalaga sampai daerah Bauzi, termasuk "Point Xray".
  3. Daerah terisolir ketiga, yakni di daerah sebelah barat dan timur Tambagapura. Daerah bagian pegunungan sangat terisolir sehingga susah di jangkau dan meluas hingga ke pantai.
  4. Daerah terisolir keempat, yakni daerah sekitar lembah sungai Wasak dan sungai bagian barat dari Silimo. Terletak dibawah Mapenduma sampai kedaerah Siru.
  5. Daerah terisolir kelima, yakni melalui sungai dari Yaniruma, diantara Yanimura dan Seradala, meluas sampai ke sungai Ilanden ke utara barat.
  6. Daerah terisolir keenam, yakni daerah mulai dari Sumo ke timur termasuk lapangan terbang Sambako, Dekai, dan Sumo.
  7. Daerah terisolir ketujuh, yakni daerah selatan barat dari Oksibili.
  8. Daerah terisolir kedelapan, yakni terletak di sebelah timur daerah Suku Sait (daerah terisolir 7), sebelah selatan Oksibil dan bagian paling atas Menggelum.
  9. Daerah terisolir kesembilan, yakni terletak di antara sungai Senggi dan Luban dan di antara Kaure dan Mat.
  10. Daerah terilosir kesepuluh, yakni di antara Hulu atas dan Pagai, ke utara dan selatan 15km dari sungai Indenburg.
  11. Daerah terisolir kesebelas, yakni di antara Pagai dan Ures, kebanyakan disebelah utara Sungai Indeburg, termasuk sekitar 20 kilometer selatan sungai Indenburg.
  12. Daerah terisolir kedua belas, yakni disebelah timur sungai Mamberamo, dari Dabra di utara sampai Kasanaweja, dan ke timur sampai hampir ke Sarmi. Daerah ini terisolir karena bergunung kecil, serta jauh dari sungai-sungai dan penduduk lainnya.
  13. Daerah terisolir ketiga belas, yakni daerah sekitar Danau Jamur Kecil dan Danau Jamur Besar, hingga ke barat sampai mendekati Kaimana.
  14. Daerah terisolir keempat belas, yakni daerah pedalaman di antara Fakfak dan Kaimana.
Tak seorangpun  mengetahui mengenai daerah ini sebelumnya. SIL melaporkan, berdasarkan informasi orang-orang dipesisir pantai, tidak ada orang didaerah ini. Namun bagaimanapun perlu ada survey lengkap yang dapat membuktikan hal ini. Dan informasi dari AMA, mereka melayani dipinggiran daerah ini dekat dengan lapangan terbang Fuata. Dilaporkan, jarang sekali bisa melihat kebawah  pada saat terbang karena daerah ini sering terutup awan.

Orang Korowai berada pada daerah terisolir kelima, ini artinya orang Korowai adalah bagian dari daerah terisolir versi pemerintah dan versi Gereja-gereja di Tanah Papua. George Rumi, memperkirakan ada 50-60 suku-suku berada di lokasi yang dimaksud. Memang wilayah ini sangat sulit sehingga jamahan tangan pemerintah dan berbagai agen pembangunan mengalami kesulitan untuk menjangkau suku-suku didaerah-daerah tersebut.
Perjalanan Ke Daerah Suku Korowai
Perjalanan ke kota Jayapura ke kabupaten Merauke dapat ditempuh selama kira-kira 1 jam menggunakan pesawat udara berbadan lebar. Sedangkan dari kabupaten Merauke ke kabupaten Mappi menggunakan pesawat berbadan kecil (Twint otter dan pesawat jenis lainnya) dalam waktu sekitar 1 jam. Jika menggunakan kapal motor dapat ditempuh selama tiga hari  perjalanan melalui jalur sungai atau melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan bermotor kira-kira dua hari perjalan bila cuaca cerah. Jalan masih belum di aspal sehingga jika hujan jalan menjadi sangat berlumpur dan kendaraan sulit meluncur. Sedangkan dari ibukota kabupaten Mappi (Keppi) ke kampung Basman di Distrik Kaibar jika ditempuh melalui jalur sungai dengan menggunakan angkutan sungai seperti, perahu motor belang, membutuhkan waktu sekitar 24 jam (1 hari penuh) atau sekitar dua hari jika bermalam di senggo ibukota Distrik Citak Mitak. Jika menggunakan Speedboat, jarak tempuh yang dibutuhkan sekitar 8-10 jam, atau 10-12 jam jika menggunakan perahu katinting. Adapun waktu tempuh diatas umumnya menggunakan motor tempel berkapasitas 40 PK.

Orang Korowai
Klufo Fyumanop adalah sebutan untuk orang dari suku Korowai. Klufo artinya orang, sedangkan Fyumanop artinya jalan diatas tulang kaki.

Klufo-Fyumanop diartikan sebagai orang yang biasa berjalan kaki. Mereka menamakan ini untuk membedak dirinya dari orang suku Citak Mitak. Suku Citak Mitak menggunakan perahu sebagai alat transportasi utama, sedangkan Klufo tidak menggunakan perahu. Mereka hanya berjalan kaki dan membuat rumah dipohon-pohon tinggi. Bahkan dalam perangpun mereka hanya berjalan kaki.
Sebutan Korowai berasal dari orang Belanda. Berdasarkan dari sejumlah sumber bahwa orang belanda lebih mudah menyebut kata Klufo dengan sebutan Korowai. Namun demikian, orang Korowai sesungguhnya menyebut dirinya: Klufo-Fyumanop. Orang luar membedakan orang Korowai dalam dua kategori yakni, orang Korowai Besi dan orang Korowai Batu. Orang Korowai Besi adalah orang Korowai yang sudah menerima peradaban modern dengan alat-alat besi, seperti kapak besi, pisau besi, parang besi, dan lain sebagainya. Sedangkan Korowai Batu adalah mereka yang masih hidup dalam zaman batu dan belum tersentuh oleh peradaban modern. Namun demikian, kesatuan bahasa orang Korowai (Klufo) sebagai identitas utama yang membuat mereka sadar bahwa mereka adalah satu, yakni orang Klufo. Selain identitas bahasa, ruang hidup mereka yang terletak diantara dua sungai besar yakni Sungai Dairom Kabur dan Sungai Sirek menciptakan rasa identitas teritorial diantara kalangan komunitas Korowai (Klufo).

Tipe Rumah Orang Korowai:

  • Rumah traditional orang Korowai dapat dikategorikan dalam 3 bentuk:
  • Rumah yang dibangun di atas tiang-tiang tinggi di atas 5 meter.
  • Rumah yang dibangun di atas pohon-pohon tinggi.
  • Rumah yang dibangun di atas tanah berupa bivak-bivak (rumah-rumah sementara).

  1. Pertama, Rumah orang Korowai yang terbuat di atas tiang-tiang tinggi di atas 5 meter tersebut adalah salah satu cara untuk menjaga keamanan sesisi anggota rumah tinggi itu dari serangan musuh. Rumah ini berukuran sekitar 10 x 5 meter. Tangga rumah ini hanya kayu yang dipasang menggantung di atas rumah dan pada bagian-bagian sisi kayu tersebut dipotong kedalam sebagai untuk menginjakkan jika seseorang hendak naik keatas rumah atau turun dari rumah tersebut. Tangga rumah ada dua, yakni dibagian depan rumah dan bagian belakang rumah tinggi tersebut. Alasan mengapa rumah tersebut memiliki hanya sebatang kayu yang digunakan sebagai tangga adalah sebagai alasan keamanan. Menurut mereka jika ada musuh yang hendak naik ke atas rumah dengan mudah mereka dapat mengetahui, karena rumah tersebut akan goyang jika ada orang yang hendak memanjati tangga yang terbuat dari sebatang kayu tersebut.
  2. Kedua, Rumah di atas pohon adalah rumah yang dibangun khusus untuk berhadapan dengan msusuh-musuh yang baik dari kelompok orang Korowai sendiri maupun dari kelompok orang Citok Mitak, dan Kombai, suku-suku tetangga orang Korowai. Rumah ini dibangun di atas pohon-pohon yang ketinggiannya bisa mencapai 70-an meter. Bagi orang Korowai semakin tinggi sebuah rumah pohon semakin aman keluarga atau kelompok yang tinggal dirumah pohon tersebut dari ancaman serangan musuh. Namun demikian, ada juga alasan lain mengapa rumah dibangun di atas pohon adalah untuk menghindar dri binatang buas seperti, ular, buaya, nyamuk, dan lalat akan sulit menjangkau tempat tinggal manusia yang tinggal di ketinggian di atas 30 meter.
  3. Ketiga, Rumah di atas tanah (Bivak). Rumah ini untuk para tamu dalam pesta ulat sagu yang diselenggarakan beberapa hari lamanya. Rumah ini dibangun tidak begitu tinggi, bentuk rumah di atas tiang (rumah panggung). Para tamu akan menginap di sini selama pesta ulat sagu berlansung, rumah ini juga dibangun bersifat sementara untuk para tamu yang di undang dalam pesta ulat sagu tersebut.

Selain ketiga rumah di atas ini, sudah ada rumah resetlemen yang berbentuk rumah panggung beratap seng dan berdinding papan yang dibangun oleh pemerintah Kabupaten Marauke dan Provinsi Irian Jaya tahun 1992/1993. Demikian pada tahun 2011 lalu telah dibangun lagi sekitar 60-an unit rumah resetlemen bagi orang Korowai yang merupakan bantuan pemerintah pusat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suku Kajang Dan Tope Le’leng Kain Tenun Khas Suku Kajang

  oleh : Jumadil Awal        Tanah Toa adalah desa di kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa ini dihuni oleh suku Kajang. Secara administratif Desa Tana Toa adalah satu dari sembilan belas desa yang ada dalam lokasi kecamatan Kajang, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa Tana Toa adalah desa tempat komunitas masyarakat adat Kajang yang masih erat dalam menjaga dan melindungi peradaban mereka sampai yang sampai hari ini masih di pertahankan. Bahasa sehari-hari         Penduduk adat Kajang menggunakan Bahasa Makassar yang dialek bahasanya berupa bahasa Konjo sebagai bahasa sehari-harinya. Masyarakat Ammatoa memraktekkan sebuah agama adat yang disebut dengan Patuntung. Arti bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia bermakna “mencari sumber kebenaran. Prinsip hidup Suku Kajang        Tallase kamase-mase bermakna hidup memelas, hidup apa adanya, Hidup sederhana untuk orang-orang Kajang merupakan sejenis ideologi yang berperan sebag

Kompang, Desa Kecil Yang Kompak Di Kabupaten Sinjai

Kantor Kepala Desa Kompang Kecamatan Sinjai Tengah Kabupaten Sinjai Desa Kompang dan Ceritanya Sebuah desa di Kaki Gunung di Jazirah Sulawesi Selatan. Desa yang pernah menjadi buah bibir nasional. Juli 2006 silam dilanda bencana tanah longsor bersama sekian banyak wilayah lain di Kabupaten Sinjai Sulawesi selatan yang tertimpa bencana tanah longsor dan banjir bandang yang terjadi secara bersamaan. Secara administratif Desa Kompang masuk dalam wilayah Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Luas wilayah Desa kompang 14,23 km². Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontosalassa, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pattongko, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Saotanre, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gantarang. Desa ini yang berjarak kurang lebih 30 km dari ibu kota kabupaten (Sinjai Utara). Sedangkan dari Kota Provinsi Sulawesi Selatan dapat diakses melalui 3 jalur. Pertama, melalui jalur utara Kota Makassar, melewati Kawasan Perbukitan Karst

14 Tempat Wisata Terbaik Di Kabupaten Sinjai Yang Wajib Anda Kunjungi

       Sinjai adalah salah satu kabupaten yang ada di wilayah Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bone. Jarak antara Kota Sinjai dengan Kota Makassar sekitar ± 220 km dengan waktu perjalanan sekitar 4 jam dari Kota Makassar menggunakan angkutan umum. Kota Sinjai memiliki banyak obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Jika anda memiliki rencana untuk berwisata ke daerah Sulawesi Selatan, maka Kota Sinjai adalah salah satu tempat wisata yang perlu anda kunjungi. Berikut 14 tempat wisata terbaik di Kabupaten Sinjai versi Beranda Rimba : 1. Taman Purbakala Batu Gojeng berada di puncak Bulupoddo, Karangpuang. Di dalam kawasan wisata itu terdapat kuburan batu serta ditemukan berbagai jenis benda cagar alam budaya seperti, fosil kayu dan peti mayat serta keramik yang diperkiran berasal dari zaman Dinasty Ming. 2. Rumah Adat Karampuang berada ditengah-tengah perkampungan tradisional tua di desa Tompobulu. Di tempat ini masyarakat setempat meyakini sebaga