Langsung ke konten utama

Sepanjang 2016 Sudah 1.061 Hektar Lahan Terbakar di Riau

Lahan gambut yang di atasnya terdapat tumbuhan sagu ditanam warga di Desa Mekar Sari, Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti, hangus terbakar, Jumat, 3 Juni 2016. Kebakaran ini sudah dua hari terjadi dan warga berusaha semampu mereka memadamkan, namun tak berhasil.

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau merilis total luas lahan yang terbakar di Riau sejak awal tahun 2016 hingga Juni mencapai 1061 hektar. Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger menuturkan jumlah ini sudah jauh berkurang jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2015 lalu.

"Tahun ini penurunannya sudah sangat jauh menurun sekali jika dibandingkan dengan tahun 2015 lalu pada bulan yang sama. Tahun lalu itu bulan Juni sudah mencapai 5 ribu hektar lebih," tutur Edwar kepada wartawan, Senin (20/6/2016).

Sementara ini, dari jumlah tersebut, konsentrasi sebaran titik api yang ditangani oleh Tim Satgas Siaga Darurat Karlahut paling banyak berada di Kabupaten Kepulauan Meranti dan Pelalawan. Edwar meyakini titik api tersebut disebabkan oleh kesengajaan seperti kasus-kasus yang terjadi sebelumnya. Namun hingga kini belum ada yang ditangkap sebagai pelaku pembakar lahan.

Tim Satgas beberapa waktu lalu sempat direpotkn dengan kebakaran yang berada di Desa Pangkalan Terap, Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan. Kebakaran yng terjadi secara terus menerus selama beberapa hari tersebut membakar sekitar 60 hektar lahan di Pangkalan Terap menurut laporan dari Polsek Teluk Meranti. "Kemarin kita beberapa hari sempat menangani kebakaran di lahan terbuka yang berada di Desa Pangkalan Terap. Kita kerahkan baik tim satgas darat dan udara ke kawasan tersebut," terangnya.

Edwar menambahkan selama ini kendala yang dihadapi oleh Tim Satgas adalah jauhnya jarak tempuh yang harus dilalui serta terbatas nya akses jalan. "Seperti kasus di Pangkalan Terap itu jauh sekali dari pemukiman penduduk dan tak ada akses jalan kesana. Makanya penanggulangan menjadi berhari-hari," jelas Edwar.

Sumber : http://www.riauonline.co.id/mobile/2016/06/20/sepanjang-2016-sudah-1061-hektar-lahan-terbakar-di-riau

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suku Kajang Dan Tope Le’leng Kain Tenun Khas Suku Kajang

  oleh : Jumadil Awal        Tanah Toa adalah desa di kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa ini dihuni oleh suku Kajang. Secara administratif Desa Tana Toa adalah satu dari sembilan belas desa yang ada dalam lokasi kecamatan Kajang, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa Tana Toa adalah desa tempat komunitas masyarakat adat Kajang yang masih erat dalam menjaga dan melindungi peradaban mereka sampai yang sampai hari ini masih di pertahankan. Bahasa sehari-hari         Penduduk adat Kajang menggunakan Bahasa Makassar yang dialek bahasanya berupa bahasa Konjo sebagai bahasa sehari-harinya. Masyarakat Ammatoa memraktekkan sebuah agama adat yang disebut dengan Patuntung. Arti bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia bermakna “mencari sumber kebenaran. Prinsip hidup Suku Kajang        Tallase kamase-mase bermakna hidup memelas, hidup apa adanya, Hidup sederhana untuk orang-orang Kajang merupakan sejenis ideologi yang berperan sebag

Kompang, Desa Kecil Yang Kompak Di Kabupaten Sinjai

Kantor Kepala Desa Kompang Kecamatan Sinjai Tengah Kabupaten Sinjai Desa Kompang dan Ceritanya Sebuah desa di Kaki Gunung di Jazirah Sulawesi Selatan. Desa yang pernah menjadi buah bibir nasional. Juli 2006 silam dilanda bencana tanah longsor bersama sekian banyak wilayah lain di Kabupaten Sinjai Sulawesi selatan yang tertimpa bencana tanah longsor dan banjir bandang yang terjadi secara bersamaan. Secara administratif Desa Kompang masuk dalam wilayah Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Luas wilayah Desa kompang 14,23 km². Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontosalassa, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pattongko, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Saotanre, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gantarang. Desa ini yang berjarak kurang lebih 30 km dari ibu kota kabupaten (Sinjai Utara). Sedangkan dari Kota Provinsi Sulawesi Selatan dapat diakses melalui 3 jalur. Pertama, melalui jalur utara Kota Makassar, melewati Kawasan Perbukitan Karst

Inilah Ma'badong, Tradisi Unik Suku Toraja

  Ma'badong  satu tarian upacara asal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian Ma'badong ini diadakan pada upacara kematian yang dilakukan secara berkelompok. Para penari (pa'badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan dan umumnya mereka berpakaian hitam-hitam. Ma'badong bukan hanya sekadar tarian, melainkan sebuah kegiatan melagukan  badong  dengan gerak khas. [ Syair yang dilagukan disebut  kadong-badong  (the chant for the deceased). Isi dari syair tersebut tidak lain adalah pengagungan terhadap  si  mati.   Di dalamnya diceritakan asal-usul dari langit, masa kanak-kanaknya, amal dan kebaikannya, serta semua hal menyangkut dirinya yang dianggap terpuji.  Selain itu, di dalamnya juga mengandung harapan bahwa orang mati tersebut dengan segala kebaikannya akan memberkati orang-orang yang masih hidup. Penari melingkar dan saling mengaitkan jari-jari kelingking. Penari terdiri dari pria dan wanita setengah baya atau tua. Pa'badong melantunka