Langsung ke konten utama

Gunung Perak Dan Tembakau Lokal Yang Melegenda

Setelah Memanen Daun Tembakau, warga melipat daun tembakau lalu mengeringkannya di bawah rumah sebelum di potong kecil-kecil. (Photo/Beranda Rimba)

Di ketinggian Gunung Perak terdapat perkebunan tembakau. Bagi para penikmat rokok, Anda bisa langsung menikmati tembakau kering dalam cuaca sejuk pegunungan. Gunung Perak, sebuah desa yang terletak di wilayah Kabupaten Sinjai Kecamatan Sinjai Barat tepatnya di bawah kaki Gunung Bawakaraeng.

Selain tembakau, warga Desa Gunung Perak, pada umumnya bertani sayur mayur. Mereka akan mulai menanam sayur pada awal tahun, dari Januari hingga Mei.
Memasuki musim kemarau, yang biasa datang pada pertengahan tahun, sekitar Juni hingga September. Periode penanaman ini sengaja untuk memudahkan para petani mengeringkan hasil panennya. Lagipula tembakau lebih tahan hawa panas, mudah dirawat, dan hemat biaya. Memasarkannya juga terbilang gampang, banyak pedagang pengumpul yang mendatangi petani. Bisa juga dibawa ke Pasar Puncak, pasar yang terletak di dusun puncak desa gunung perak yang beroperasi setiap Selasa dan Sabtu dari jam 6 sampai jam 9 pagi.
Tanaman tembakau hanya ditanam tiga bulan, dipupuk dua kali, awal tanam dan di bulan ketiga (sebelum panen) dengan pupuk kandang dari kotoran sapi dan ayam. Bunga tembakau akan menjadi bibit.
Tembakau yang telah dipanen akan dilipat secara gotong royong. Lalu hasil lipatan itu akan diinapkan selama 3 hari agar daun tembakaunya layu dan mudah dipotong.
Di hari keempat, daun tembakau itu akan dipotong sampai kecil-kecil dan halus seperti bentuk yang diinginkan agar mudah di boda’.

Setelah memotong daun tembakau pada malam hari maka pagi hari daun tembakau akan mulai dijemur di atas talasa (sebuah wadah yang bentuknya mirip tandu yang terbuat dari bambu). Lama penjemuran tergantung dari panasnya matahari kadang empat hari kadang lebih.
Daun tembakau akan dibolak-balik agar panasnya merata. Setelah kering, daun tembakau akan dicetak berbentuk lingkaran dengan alat yang disebut appang  lalu diboda’ (dimasukkan di dalam bambu yang diameternya sekitar 10 cm) sambil di tusuk-tusuk dengan menggunakan alat yang disebut pa’toddo.
Menurut Ade, salah satu petani, dari tanah seluas 10 are, mereka bisa menghasilkan 100 boda’tembakau. Meski demikian, menurut Jalibo, harga tembakau tidak pernah naik. Tapi yang paling bagi mereka, setidaknya petani bisa mengurangi pengeluaran rokok dari rokok hasil tembakau sendiri.

Harga tembakau berkisar antara Rp300.000 hingga Rp500.000 per boda’. Perbedaan harga tembakau tergantung dari kualitasnya, semakin baik kualitas tembakaunya maka harganya akan semakin mahal. Kualitas tembakau diketahui dari baunya yang dipengaruhi oleh pengasapan dan pelayuannya. Oleh karena itu, petani tembakau di Gunung Perak sangat hati-hati saat mengasapi tembakaunya.
Pada  penghujung tahun, Oktober hingga Desember, ketika hujan kembali datang, para petani kembali menanami lahannya dengan sayur mayur.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suku Kajang Dan Tope Le’leng Kain Tenun Khas Suku Kajang

  oleh : Jumadil Awal        Tanah Toa adalah desa di kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa ini dihuni oleh suku Kajang. Secara administratif Desa Tana Toa adalah satu dari sembilan belas desa yang ada dalam lokasi kecamatan Kajang, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa Tana Toa adalah desa tempat komunitas masyarakat adat Kajang yang masih erat dalam menjaga dan melindungi peradaban mereka sampai yang sampai hari ini masih di pertahankan. Bahasa sehari-hari         Penduduk adat Kajang menggunakan Bahasa Makassar yang dialek bahasanya berupa bahasa Konjo sebagai bahasa sehari-harinya. Masyarakat Ammatoa memraktekkan sebuah agama adat yang disebut dengan Patuntung. Arti bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia bermakna “mencari sumber kebenaran. Prinsip hidup Suku Kajang        Tallase kamase-mase bermakna hidup memelas, hidup apa adanya, Hidup sederhana untuk orang-orang Kajang merupakan sejenis ideologi yang berperan sebag

Kompang, Desa Kecil Yang Kompak Di Kabupaten Sinjai

Kantor Kepala Desa Kompang Kecamatan Sinjai Tengah Kabupaten Sinjai Desa Kompang dan Ceritanya Sebuah desa di Kaki Gunung di Jazirah Sulawesi Selatan. Desa yang pernah menjadi buah bibir nasional. Juli 2006 silam dilanda bencana tanah longsor bersama sekian banyak wilayah lain di Kabupaten Sinjai Sulawesi selatan yang tertimpa bencana tanah longsor dan banjir bandang yang terjadi secara bersamaan. Secara administratif Desa Kompang masuk dalam wilayah Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Luas wilayah Desa kompang 14,23 km². Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontosalassa, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pattongko, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Saotanre, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gantarang. Desa ini yang berjarak kurang lebih 30 km dari ibu kota kabupaten (Sinjai Utara). Sedangkan dari Kota Provinsi Sulawesi Selatan dapat diakses melalui 3 jalur. Pertama, melalui jalur utara Kota Makassar, melewati Kawasan Perbukitan Karst

14 Tempat Wisata Terbaik Di Kabupaten Sinjai Yang Wajib Anda Kunjungi

       Sinjai adalah salah satu kabupaten yang ada di wilayah Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bone. Jarak antara Kota Sinjai dengan Kota Makassar sekitar ± 220 km dengan waktu perjalanan sekitar 4 jam dari Kota Makassar menggunakan angkutan umum. Kota Sinjai memiliki banyak obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Jika anda memiliki rencana untuk berwisata ke daerah Sulawesi Selatan, maka Kota Sinjai adalah salah satu tempat wisata yang perlu anda kunjungi. Berikut 14 tempat wisata terbaik di Kabupaten Sinjai versi Beranda Rimba : 1. Taman Purbakala Batu Gojeng berada di puncak Bulupoddo, Karangpuang. Di dalam kawasan wisata itu terdapat kuburan batu serta ditemukan berbagai jenis benda cagar alam budaya seperti, fosil kayu dan peti mayat serta keramik yang diperkiran berasal dari zaman Dinasty Ming. 2. Rumah Adat Karampuang berada ditengah-tengah perkampungan tradisional tua di desa Tompobulu. Di tempat ini masyarakat setempat meyakini sebaga