Langsung ke konten utama

Berkegiatan Alam Bebas Dikalangan Pelajar

Oleh : Jumadil Awal

        Mendaki gunung saat ini sudah menjadi tren dan gaya hidup. Mulai dari Anak Kuliahan, SMA hingga SMP, menikmati udara segar di alam terbuka sudah menjadi kebutuhan masyarakat yang ingin bersantai ria dan menikmati alam. Bermunculannya pendaki-pendaki baru, dan banyaknya Komunitas Pecinta Alam (KPA) yang dibuat oleh sekumpulan pelajar atau mahasiswa, menjadikan pendakian dan mengeksplore alam semakin mudah bagi masyarakat. Selain itu, mendaki gunung yang sebelumnya hanya dilakukan oleh sekolompok mahasiswa pecinta alam dan pendaki berpengalaman, kini semua umur bisa merasakan atau menikmati sensasi di alam liar.
Di dunia pendaki gunung, mendaki saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting dan tempat pelarian yang mendesak, mulai dari anak kecil hingga orang tua sudah banyak yang melakukan pendakian. Pendaki yang baik seharusnya memiliki pengetahuan tentang alam. Sehingga banyak orang yang tidak punya pengetahuan tentang alam atau pengalaman sedikitpun hilang didalam hutan atau tersesat. Banyak orang yang mendaki hanya beralasan ingin menikmati alam atau sekedar menjauhkan diri dari kesibukan-kesibukan yang memusingkan di kota.
Bermunculannya komunitas-komunitas pecinta alam telah memicu minat pelajar atau masyarakat untuk ikut serta berkegiatan alam bebas. Pelajar atau masyarakat sangat berminat untuk melakukan perjalanan panjang dengan berjalan kaki hingga berkilo-kilo meter dengan tas carrier berukuran 60 sampai 70 liter dipunggung. Berkegiatan alam bebas ini dilakukan mulai dari anak usia sekolah dasar hingga mahasiswa atau bahkan kalangan orang tua banyak yang menghabiskan waktu untuk mendaki gunung.
Munculnya komunitas pecinta alam 
       Saat ini bagi kalangan pelajar dewasa ini hendaknya dapat disikapi dengan bijak. Baik bagi kalangan masyarakat dan pecinta alam terlebih lagi kalangan orang tua. Kecanduan mendaki gunung saat ini di kalangan pelajar sudah berada pada tahap yang mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, banyaknya pendaki-pendaki yang tidak tahu banyak tentang aturan di alam atau pengetahuan tentang alam bebas beresiko besar tersesat, hilang atau kecelakan-kecelakan hingga terjatuh di jurang. Kecanduan mendaki gunung sudah begitu mewabah. Nyatanya yang tergambar pada kalangan pelajar atau masyarakat saat ini, bahwa banyak di antara mereka saat ini lebih memilih berkegiatan di alam bebas dan hanya sekedar menikmati pemandangan dari pada memegang buku pelajaran sekolah. Mereka lebih bersemangat mendaki gunung, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok, dari pada menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan sekolahnya. Kecanduan tersebut berakibat pada ketidakmampuan kalangan pelajar atau masyarakat membagi waktu antara mendaki gunung dan mengerjakan tugas sekolah. Kecanduan mendaki gunung ini akhirnya berdampak pada penurunan gairah dan minat belajar di kalangan pelajar terhadap buku bacaan, termasuk buku pelajaran sekolah.
Dampak negatif mendaki gunung 
Bagi kalangan pelajar yang paling utama adalah sulitnya membagi waktu. Terlalu banyak waktu yang terbuang untuk mendaki gunung, dibandingkan waktu yang dialokasikan untuk melakukan kegiatan produktif termasuk menyelesaikan atau mempersiapkan urusan sekolah. Disadari atau tidak, banyaknya waktu yang digunakan untuk mendaki gunung dapat berpengaruh pada kualitas nilai pelajaran pelakunya dan sudah banyak tentu biaya yang akan dikeluarkan.
Kecanduan akan mendaki gunung yang saat ini melanda kalangan pelajar atau masyarakat telah menjadi salah satu faktor yang turut berpengaruh pada penurunan gairah dan minat belajar disekolah. Di sisi lain, tak dapat pula dipungkiri mendaki gunung dapat memberikan bebarapa manfaat bagi penikmatnya. Diantaranya, meningkatkan daya konsentrasi, meningkatkan kordinasi tangan dan mata, meningkatkan kemampuan otot kaki, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan tentang alam, meningkatkan daya kreasi dan imajinasi.
Peran Aktif Orang Tua
Berkegiatan alam bebas bagi kalangan pelajar dewasa ini sudah menjadi kebutuhan. Akan tetapi tanpa pengetahuan untuk berkegiatan alam bebas yang kebablasan sudah barang tentu akan berakibat buruk. Untuk itu, peran aktif orang tua sangat dibutuhkan untuk mengatur anak-anaknya dalam melakukan kegiatan alam bebas. Orang tua perlu membuat batasan dan aturan yang tegas, utamanya bagi orangtua yang anaknya berada pada tingkatan pendidikan dasar, yang masih tergolong labil dan membutuhkan bimbingan. Orang tua sedapat mungkin paham resiko yang sesuai dengan perkembangan dan umur anaknya, sehingga nantinya mendaki gunung tidak merusak atau membahayakan mental anak-anaknya kelak. Aturan yang tegas dari orang tua, utamanya pengawasan yang ketat, diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan dari berkegiatan alam bebas. Aturan tegas dan pengawasan yang efektif dari orang tua sangat berperan penting, mendaki gunung bukan hanya sebagai sarana hiburan atau liburan bagi anak-anak, akan tetapi dapat membantu meningkatkan potensi yang dimiliki oleh seorang pelajar.
Orang tua diharapkan berperan aktif dalam meningkatkan gairah dan minat membaca tentang alam dan lingkungan di kalangan pelajar. Orang tua yang memiliki minat bacanya tinggi biasanya akan menjadi referensi bagi anak-anaknya untuk ikut membaca. Oleh sebab itu orang tua hendaknyanya mampu memberikan contoh kepada anak-anaknya tentang pentingnya membaca sehingga anak punya bekal atau pengetahuan tentang berkegiatan alam bebas.
Orang Tua dan Pendaki Berpengalaman Harus Turun Tangan
Berkegiatan alam bebas selalu menyenangkan dan menggembirakan. Perkembangan dan minat masyarakat akan berkegiatan alam bebas begitu cepat sehingga banyak orang-orang lebih mementingkan menghabiskan waktu dengan menikmati udara segar di alam itu sendiri. Para pendaki gunung senantiasa berkompetisi menampilkan atau memberikan gambar-gambar atau foto-foto tentang alam yang semakin beragam, yang tentunya semakin menarik dan semakin menantang bagi peminat yang ingin mendatangi dan menikmatinya.
Orang tua dan pendaki berpengalaman tentu tak dapat berpangku tangan melihat kemajuan di bidang berkegiatan alam bebas tanpa berusaha beradaptasi dan mengikuti perkembangannya. Sangat tidak mungkin melarang anak mendaki gunung atau berkegiatan alam bebas. Pesona dan daya tarik berkegiatan alam bebas bagi anak begitu kuat. Bahkan tak jarang anak berani bolos meninggalkan sekolah hanya karena mendaki gunung. Fenomena ini terjadi hampir di setiap sekolah atau tempat. Untuk itu, orang tua atau pendaki berpengalaman harus lebih bijak dengan fenomena ini. Orang tua dituntut untuk turun tangan serta mengawasi anaknya, serta mampu mengawasi fasilitas untuk keperluan berkegiatan alam bebas anaknya. Alam sebenarnya menyediakan begitu banyak fasilitas dan aplikasi yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran seorang anak. Bila ini mampu dimanfaatkan oleh orang tua, maka berkegiatan alam bebas yang dilakukan oleh anak tidak lagi menghawatirkan. Anak dapat mengetahui banyak hal tentang alam dan lingkungannya untuk tugas sekolahnya melalui berkegiatan alam bebas, dan serta mempelajari jenis-jenis tumbuhan, pohon dan hewan-hewan yang ada di hutan.
Berkegiatan alam bebas sangat banyak yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah seberapa banyak dan seberapa siap orang tua mampu memanfaatkan alam dan lingkungan yang sehat dalam kegiatan pembelajaran. Malahan yang terjadi di kalangan orang tua, banyak yang pengetahuan tentang lingkungan tertinggal jauh dibandingkan dengan anaknya. Bila kondisi ini tak mengalami perubahan maka alam tak memberikan konstribusi yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, orang tua harus mau belajar dan menguasai pengetahuan tentang alam agar mampu meningkatkan minat belajar anaknya melalui berkegiatan alam bebas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suku Kajang Dan Tope Le’leng Kain Tenun Khas Suku Kajang

  oleh : Jumadil Awal        Tanah Toa adalah desa di kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa ini dihuni oleh suku Kajang. Secara administratif Desa Tana Toa adalah satu dari sembilan belas desa yang ada dalam lokasi kecamatan Kajang, kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa Tana Toa adalah desa tempat komunitas masyarakat adat Kajang yang masih erat dalam menjaga dan melindungi peradaban mereka sampai yang sampai hari ini masih di pertahankan. Bahasa sehari-hari         Penduduk adat Kajang menggunakan Bahasa Makassar yang dialek bahasanya berupa bahasa Konjo sebagai bahasa sehari-harinya. Masyarakat Ammatoa memraktekkan sebuah agama adat yang disebut dengan Patuntung. Arti bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia bermakna “mencari sumber kebenaran. Prinsip hidup Suku Kajang        Tallase kamase-mase bermakna hidup memelas, hidup apa adanya, Hidup sederhana untuk orang-orang Kajang merupakan sejenis ideologi yang berperan sebag

Kompang, Desa Kecil Yang Kompak Di Kabupaten Sinjai

Kantor Kepala Desa Kompang Kecamatan Sinjai Tengah Kabupaten Sinjai Desa Kompang dan Ceritanya Sebuah desa di Kaki Gunung di Jazirah Sulawesi Selatan. Desa yang pernah menjadi buah bibir nasional. Juli 2006 silam dilanda bencana tanah longsor bersama sekian banyak wilayah lain di Kabupaten Sinjai Sulawesi selatan yang tertimpa bencana tanah longsor dan banjir bandang yang terjadi secara bersamaan. Secara administratif Desa Kompang masuk dalam wilayah Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Luas wilayah Desa kompang 14,23 km². Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontosalassa, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pattongko, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Saotanre, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gantarang. Desa ini yang berjarak kurang lebih 30 km dari ibu kota kabupaten (Sinjai Utara). Sedangkan dari Kota Provinsi Sulawesi Selatan dapat diakses melalui 3 jalur. Pertama, melalui jalur utara Kota Makassar, melewati Kawasan Perbukitan Karst

14 Tempat Wisata Terbaik Di Kabupaten Sinjai Yang Wajib Anda Kunjungi

       Sinjai adalah salah satu kabupaten yang ada di wilayah Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bone. Jarak antara Kota Sinjai dengan Kota Makassar sekitar ± 220 km dengan waktu perjalanan sekitar 4 jam dari Kota Makassar menggunakan angkutan umum. Kota Sinjai memiliki banyak obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Jika anda memiliki rencana untuk berwisata ke daerah Sulawesi Selatan, maka Kota Sinjai adalah salah satu tempat wisata yang perlu anda kunjungi. Berikut 14 tempat wisata terbaik di Kabupaten Sinjai versi Beranda Rimba : 1. Taman Purbakala Batu Gojeng berada di puncak Bulupoddo, Karangpuang. Di dalam kawasan wisata itu terdapat kuburan batu serta ditemukan berbagai jenis benda cagar alam budaya seperti, fosil kayu dan peti mayat serta keramik yang diperkiran berasal dari zaman Dinasty Ming. 2. Rumah Adat Karampuang berada ditengah-tengah perkampungan tradisional tua di desa Tompobulu. Di tempat ini masyarakat setempat meyakini sebaga